INFORMASI :

Desa Mrentul terletak di Kecamatan Bonorowo Kabupaten Kebumen batas desa sebelah timur desa Tunggalroso Kecamatan Prembun Batas sebelah Utara Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Batas Sebelah Barat desa Prembun kecamatan Prembun dan Sebelah Selatan desa Bonjoklor Kecamatan Bonorowo.    

SEJARAH SINGKAT DESA MRENTUL

SEJARAH SINGKAT DESA MRENTUL

PROFIL

DESA MRENTUL

 KECAMATAN BONOROWO KABUPATEN KEBUMEN

 

Desa Mrentul terletak di paling ujung Timur di Kabupaten Kebumen yaitu Desa Kunir Rejo Kabupaten Purworejo. Desa Tnggalroso Kecamatan Prembun Kab Kebumen, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bonjoklor Kecamatan Bonorowo sebelah Barat berbatasan dengan Desa Prembun Kecamatan Prembun dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kabekelan Kecamatan Prembun. Desa Mrentul terdiri dari Tiga wilayah Pedukuhan yaitu Pedukuhan Saragan terletak paling Barat, Pedukuhan Karang Tengah posisinya di tengah dan yang paling Timur Pedukuhan Mrentul, yang semuanya memiliki latar belakang babad para leluhurnya yang berbeda-beda. Desa Mrentul terletak pada garis lintang 7º43`56”, 109º48`28” , 28,0m. Merupakan hamparan persawahan ± 82% dan  perkampungan ± 18  dataran rendah ± 8 dpl. Dilalui oleh Saluran irigasi Drainase Kalirowo. Sebagian besar penduduknya bertani.

Jumlah penduduknya hingga saat ini sesuai data Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Kebumen dan data desa Mrentul 2.460 jiwa. Sebagian besar Pemeluk Agama Islam dan beberapa orang beragama Kriten Khatolik. Agama Islam berkembang pesat dan sedikit demi sedikit peradaban adat istiadat tergerus oleh waktu akibat pergantian generasi ke generasi berikutnya. Bagi masyarakat yang masih menjalankan adat istiadat leluhur dianggap klenik musrik bahkan seolah olah dikucilkan oleh ajaran Islam akhir akhir ini. Namun  bagi warga yang masih kental dan taat pada ajaran leluhur yang adi luhung tetap menjalankannya dengan tanpa ada yang mengusiknya secara langsung. Kerukunan antar umat beragama dan penganut kepercayaan tetap dapat bersinergi tanpa saling olok dan tetap guyub rukun. Saling hormati antar sesamanya. Pada dasarnya warga masyarakat Desa Mrentul adalah Penganut agama yang sesuai diajarkan oleh para leluhurnya tempo dulu yang menjadi pedoman laku hidupnya.

 

ASAL USUL GUGON TUHON DESA MRENTUL.

Mengapa saya sebutkan sebagai gugon tuhon ?  karena cerita dari leluhur tutur tinular.

Desa Mrentul terdiri dari tiga wilayah Pedukuhan yaitu Pedukuhan Saragan Berbatasan Dengan Desa Prembun-Desa Kabekelan. Pedukuhan Karang Tengah Berbatasan dengan Desa Tunggalroso dan Pedukuhan Mrentul berbatasan dengan desa Bonjoklor – Desa Kunirejo Kabupaten Purworejo. Untuk mengawali cerita ini berawal dari cerita para leluhur Desa Mrentul dari masing masing wilayah Pedukuhan memiliki cerita sendiri sendiri dengan bukti peninggalan berupa beberapa Tempat Situs Cagar alam, yang sampai saat ini masih dipercayai oleh masyarakat setempat.

DONGENGE KAKI SADURUNGE PUTUNE PADA GAREP TURU.   Dijaman era digital saat ini hampir punah orang tua Kakek/nenek yang memberikan cerita dongeng kepada anak/cucunya menjelang tidur malam. Padahal disaat moment yang semacam itulah merupakan sebuah tutur tinular. Nasehat isi budipakarti diterapkan kepada generasi ke generasi. Bahkan orang tua sekarang ini sudah sangat jarang yang mampu menceritakan lelakoning urip kang utama. Lelakoning babad leluhur desa. Bercerita kancil nyolong timun cerita ringan guyonan penuh makna juga sudah tidak terdengar di kalangan masyarakat desa Mrentul. Mungkin di Desa Lain sama.   Justru sekarang ini para orang tua mengajarkan hidup untuk menjadi kaya raya. Hidup itu harus sukses menjadi pejabat. Menjadi bos memiliki perusahaan. Hidup sukses menjadi pegawai pemerintah dokter perawat tentara polisi dan sebagainya. Jangan hidup menjadi petani, sebab menjadi petani itu sengsara. Petani ga bakalan kaya petani kotor sakit sakitan. Kalau bercerita diawali dengan pada jaman dahulu  di sebuah desa yang terpencil hiduplah seorang petani miskin ( coba tengok buku dipelajaran sekolah)……..

 

 Asal usul - PEDUKUHAN SARAGAN

Perjalanan panjang para leluhur dalam mengusir bangsa Landa (Belanda) yang berpusat di Batavia (Betawi) Para Prajurit lascar Prabu Sultan Agung Hanyokrokusumo.Kerajaan Mataram. Menggerakan lascar perangnya dari berbagai elemen masyarakatnya sesuai bidang kepiawaiannya. Golong Gilig rakyat dan pemerintahan yang luar biasa. Sehingga semua rakyat andil dalam kepentingan bersama dalam satu wadah kerajaan Mataram Islam. Golongan pamarintahan, prajurit, ahli strategi perang, panditaning nagri, petanine nagri. Agul-agul alap-alap nagri bersatu mengusir Belanda.

Dan pada saat itu bala tentara yang berangkat lebih awal Pasukan Logistik (persiapan Lumbung pangan)  adalah para petaninya yang handal dalam bidang pertanian pranata mangsa dikawal oleh para empu pembuat alat pertanian, ahli seni budaya sebagai hiburan saat lelah setelah bekerja dan senjata dan juga para ahli nujum tokoh sepiritual yang mampu berinteraksi dengan alam nyata dan alam gaib di tiap-tiap wilayah bukaan baru.

Datanglah pada suatu tempat yang masih semak belukar dan rawa rawa Mbah WONGSOROGO beserta anak buahnya sebagai pemimpin lascar petani mempin masyarakat bertani hingga anak turun temurun. Pada saat terjadi kerusuhan pencurian hasil panen beliau bersama Mbah Bongso Kerti, ahli senjata goib,  Mbah Surohayu ahli spiritual bangsa astral dan mbah kyai Salam ahli tolakbala. Mereka membuat senjata berupa Bandhil mimis kumbang yang dibuat konon ceritanya dari bahan Beras Ketan Lawe wenang asap kemenyan dan mantra aji kumayang jati, dipadukan dengan wirid sejati mbah Kyai Salam. Mimiskumbang adalah sebuah senjata tak kasat mata membunuh tepat sasaran sesuai target dikendalikan oleh pemiliknya. Dilepaskan menggunakan alat berupa bandhil. Maka saat itu terjadilah perang bandhilan mengusir para perusuh. Dengan keyakinan dan ketekunannya sehingga mampu mengusir semua pengganggu dari golongan manusia setan dan jin. Seiring perkembangan waktu jadilah sebuah desa  penghasil lumbung pangan lascar perang Mataram yang dalam perjalanan menuju Batawia. Semua berhenti di wilayah tersebut. semakin ramai wilayah tersebut jadilah sebuah perkampungan. Di perkampungan didirikan tempat pemujaan berupa tempat ibadah konon ceritanya berupa Masjid,Tiban. ( Bedug, Mustaka dan Padasan Tempat berwudlu ada daang secara goib ) Menurut cerita orang tua terdahulu sekarang mutaknya berada di Masjid Kauman Prembun. Namun  sebenarya wallahu alam. Sampai sekarang tempatnya masih ada dan terawat dengan baik oleh warga masyarakat setempat peniggalan tersebut di sebut KRAPYAK. ( Mbah Jimat ). Konon ada yang menyebut Mbah Jimat atau Masjid Tiban. Atau Saragan Kauman.

 Setiap bulan Suro tanggal 8 atau seminggu setelah tanggal sasi suro dengan pedoman adat ABOGE. ( tahun Alip tanggal satunya pada hari  reBo WaGe ). Setiap tahun pada tanggal tersebut masyarakat setempat merawat memperbarui pagar dan selamatan merdi dusun. Melaksanakan kenduri di peremptan jalan yang memang hanya ada satu di wilayah tersebut.

 

Gbr. 1 Krapyak terletak di Pedukluhan Saragan Perbatasan dengan Desa Prembun.

Ahli Seni Budaya ada Mbah Singkuk.ahli Seni Tayub dari Kraton Mataram, Pengaruh spiritual saat ini yang  masih bias dirasakan munculnya  seniman klasik berasal dari Saragan Desa Mrentul. Dahulu ada Almarhum Bpk. Y Sudiyono.( Kebumen Binuko) Seni karawitan. Yang akhir akhir ini Bpk Slamet Pramono juga bertempat tinggal di Saragan (hymne Kebumen) juga ada Duta seni Asean Seni Tari klasik Ibu Suharyani putrid Bpk Sikus Hadisasmita dari Saragan Sendratari Ramayana di Candi Prambanan sering Penarinya dari Saragan Sekarang Istri dari Bpk Slamet Pramono ( Ibu Sri Widiarti )

 

Gbr.2; Saresehan  Rembug Desa Mrentul

di Rumah Bpk Slamet Pramono-Ibu Sri Widiartidusun Saragan

 

Kecuali ada mbah Kyai Salam Juga ada mbah Surohayu selaku spiritual handal pada jaman itu,

Untuk mengenang jasa perjuangan Mbah Wongsorogo setelah beliau wafat perkampungan semakin ramai kemudian banyak orang menyebut kampungnya mbah Wongsorogo. Karena semakin banyak yang mengenalnya kemudian dijadikan nama desa SARAGAN. Oleh mbah Kyai Salam (yang artinya  Keluarga Wongsoragan) ringkas cerita.

 

Asal usul PEDUKUHAN KARANG TENGAH.

Pedukuhan Karang tengah berada di Desa Mrentul wilayah RW 02 konon sebuah tempat untuk rembug kampong para leluhur dalam menghadapi permasalahan yang ada.Permasalahan yang sering timbul adanya penyusup dari mata-mata kompeni yang berusaha memperkeruh situasi kondisi perkampungan. Membuat resah masyarakat dengan system begal saat musim panen padi palawija.

Tokoh yang terkenal hingga saat ini Mabah HUDA WEDANA, Mbah BRANTAYUDA  adalah senopati Mataram yang menjaga ketentraman kehidupan masyarakt.

Pakumpulan rembug dusun diprakarsai oleh mbah Hudowedono dalam mengatur strategi kemajuan perkampungan dan persiapan lumbung pangan prajurit dari Mataram yang bersinggah di perkampungan tersebut sambil istirahat setelah menempuh perjalan jauh dijamu  disajikan hiburan tayuban dan seni budaya dan dibekali logistic secukupnya ketika akan melanjutkan perjalananya menuju Batiwia.

 

Asal usul PEDUKUHAN MRENTUL

Pedukuhan Mrentul terletak paling ujung timur di wilayan desa Mrentul Tokoh Sepuh yang sangat melegendaris adalah Mbah Wayah. Beliau adalah kerabat Keraton Mataram. Yang ditugaskan mengatur strategi pemerintahan di tingkat masyarakat umum, nyamun laku menjadi masyarakat biasa. Visi misi Kraton Mataram dalam menjaga kelastarian kehidupan di masa itu. Pemerintahan Hindia Belanda dengan system perdagangan VOC. Membuat msyarakat pribumi sangat sengsara.

Pembodohan, penindasan dan pembohongan public saat itu sangat gencar dilakukan oleh kepentingan penguasa Belanda. Saat itu propaganda Ratu Belanda Helmina dan leluhurnya sangat berambisi menguasai Nusantara.

Keprihatinan kerabat keratin Mataram sangat mendalam. Berbagai daya upaya ditempuh demi kelangsungan hidup masyarakat Nusantara sejahtera. Mbah Wayah selaku pemimpin lascar Mataram  dalam perjuangannya memberikan pembelajaran ilmu tatapraja yang sehingga disebut Mbah Natapraja. Artinya menata masyaraktanya dengan system pemerintahan yang adil bijaksana. Sifatnya yang luhur arif bijaksana menjadikan disegani oleh masyarakat setempat.

Suatu saat ada wanita kaya raya terkenal sakti namanya Mbah Teblo, dari kampong sebelah, sekarang di sebut dusun Peteblon wilayah Bonjoklor. Dan ada juga wanita dari dusun sebelah utara dusun yaitu Nyai Banjarsari  keduanya sama sama  kasmaran kepada Mbah Wayah. Karena Mbah Wayah tidak ingin menyakiti  perasaan mereka secara halus oleh mbah Wayah. Mengadakan sayembara yaitu Bagi siapa saja yang mampu menyembelih Burung Perkututnya hingga mati. Maka mbah Wayah siap menjadi Suaminya. Alkisah diceritakan bahwa burung Perkutut mbah Wayah disembelih tidak mati walaupun menggunakan pusaka yang ampuh sekalipun. Dan saat itu terjadi keanehan di leher burung Perkutut yang disembelih hanya mengeluarkan darah sedikit tidak menetes sama sekali. Darahnya hanya Mrentul. Dan untuk mengingat peristiwa tersebut maka mbah Wayah bersabda. Kelak suatu saat tempat ini dinamakan Mrentul.

Hal itu berlanjut menjadi marahnya mbah Nyai Teblo. Semua perhiasan yang dipakainya di buang dan semua hartanya disebar. Sambil berucap Manusia hatinya membatu tidak punya cinta kasih. Dan ucapak itu sekarang tempatnya dinamakan Siwatu. Lokasi disawah wilayah desa Mrentul kadang ada warga menemukan perhiasan disekitar itu. Namun tidak bias dijual belikan alias malati.

Hingga saat ini apa bila terjadi pernikahan orang Mrentul laki laki perempuanya orang Bonjoklor biasanya tidak berlangsung lama terjadi prahara rumah tangganya.

Sama juga halnya Nyai Banjarsari mengalami kasih tak sampai, pada waktu itu Mbah Wonsorogo jatuh hati kepadanya. Namun tak berani menampaikan isihatinya. Nyai Banjarsari tak putus asa dengan niatnya lalu menjalankan lelaku  bertapa hingga hilang jasadnya di atas WatuLumpang yang di jajar jarar,  Dusun Tersebut sekarang di sebut Dusu Banjaran Wilayah desa Kabekelan. Pada saat ini warga Saragan yang berumah tangga dengan warga Banjaran juga kurang beruntung kehidupanya.

Sumpah para leluhur adalah sabda alam tak lapuk dimakan waktu.

 

ASAL USUL DESA MRENTUL

Perkembangan jaman semakin maju masyarakat semakin makmur namun tingkat kerusuhan dari pendatang perusuh kampong selalu ada. Akhirnya para pemimpin dari tiga wilayah Saragan Karang Tengah dan Mrentul  Dari Saragan Mbah Wongsoro,-mbah Bongsokerti  dari Karang tengah mbah Brontoyudo-mbah Udowedono dan dari Mrentul mbah Hudoprana –mbah……mereka bermusyawarah untuk bersatu menjadi satu wilayah kesatuan perdesaan. Namun tidak serta merta mereka sepakat. Karena ada peristiwa yang terjadi diantara mereka. Anggap saja tragedi  cinta segitiga.antara Mbah Wongsorogo- Nyai Banjarsari dan Mbah Wayah.

 

Dan pada akhirnya disepakatinya menjadi satu desa yaitu desa Mrentul. Karena urusan hati biarlah alam yang tetapkan semuanya. Namun Kesatuan persatuan mengemban tugas Nagri lebih penting diatas segalanya. Dan pada saat ini perkawinan antara Saragan Mrentul nyaris tidak ada. Seandainya adapun kehidupanya harus sabar narimo ing kahanan.

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter